Masih ingat karya Hollywood yang menggugah minat kita dulu? Deep Impact dan Armageddon, dua film sci-fi ini membuka mata kita kalau sesuatu di luar Bumi mengancam kehidupan umat manusia (lupakan perang saudara, invasi militer, wabah penyakit, bencana alam sekelas tsunami yang melanda Aceh!). Asteroid sebesar 1 km digambarkan bisa menyebabkan kerusakan sedemikian parahnya. Bayangkan apa yang akan terjadi kalau planet kecil menubruk bumi? Siapkah kita menghadapinya?
Mengenal NEA
Saat asteroid saling bertabrakan, sebagian terlempar dari Sabuk Asteroid (terletak di antara orbit Mars dan Jupiter) dan masuk ke wilayah Tata Surya bagian dalam Sisanya diganggu gravitasi Jupiter. Objek-objek ini melintasi orbit Mars dan Bumi, kadang-kadang malah menubruk planet tersebut.
Asteroid-asteroid yang mengembara sampai sejauh 1,3 AU (195 juta km) dari Matahari, menembus orbit Mars, disebut Near Earth Asteroid (NEA). Sampai saat ini sudah diketahui lebih dari 250 NEA dan dikelompokkan dalam tiga kelompok. Pertama, asteroid-asteroid Amor. Orbitnya melintasi orbit Mars tapi tidak melintasi orbit Bumi. Contoh Asteroid kelas ini adalah 433 Eros, NEA terbesar kedua dan pernah dikunjungi kendaraan luar angkasa NEAR (Near Earth Asteroid Randevouz). Kelompok kedua adalah asteroid-asteroid Apollo, yang melintasi orbit Bumi dan periode orbitalnya (waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi Matahari sebanyak 1 kali) lebih dari satu tahun. Contoh kelompok ini adalah 1620 Geographos. Ketiga, asteroid-asteroid Aten. Seperti Apollo yang melintasi orbit Bumi, hanya saja periode orbitalnya lebih pendek. 2340 Hathor termasuk kelompok asteroid ini.
NEA juga bisa berasal dari sisa-sisa komet yang sudah mati. Orbit NEA dipengaruhi oleh gravitasi Matahari atau planet atau tumbukan dengan benda-benda lain. Kira-kira 40 % NEA merupakan pecahan-pecahan komet yang terperangkap dan sisanya berasal dari Sabuk Asteroid.
Diperkirakan ada 100 asteroid Aten, 700 asteroid Apollo, dan 1000 asteroid Amor yang berdiamter lebih dari 1 km. Karena melintasi atau lewat dekat sekali dengan orbit Bumi, serempetan atau tumbukan bisa saja terjadi. Sebenarnya kejadian ini bukan hal yang tidak biasa mengingat…
Tabrakan-tabrakan Itu …
Pada tanggal 30 Juni 1908 ledakan besar terjadi di Tunguska, Siberia. Penyebabnya adalah asteroid berdiameter antara 40-100 km, lumayan ‘kecil’ untuk bisa dideteksi bahkan dengan teleskop ground-based modern yang ada di bumi sekarang ini. Benda luar angksa tersebut meledak pada ketinggian 5-8 km, energinya sekitar 20-50 juta ton TNT, lebih besar dari bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Tabrakan ini menghancurkan lebih dari 0,5 ha hutan di wilayah jatuhnya asteroid.
Yang tidak kalah spektakuler adalah asteroid sebesar rumah yang jatuh 50000 tahun yang lalu di utara Arizona. Hasilnya adalah kawah sedalam 200 m dan berdiameter 1250 m. Masih ada lebih dari 150 kawah akibat tabarakan dengan asteroid yang ditemukan di permukaan Bumi dan lebih banyak lagi yang tersembunyi di dasar laut.
Punahnya dinosaurus diduga berkaitan dengan jatuhnya asteroid berdiameter sekitar 10 km yang jatuh ke Bumi 65 juta tahun yang lalu di daerah Yucatan Meksiko membentuk Kawah Chicxulub (Ekor Setan) berdiameter antara 200-300 km sedalam sekitar 3 km yang sebagian menjadi Teluk Meksiko. Diperkirakan kepunahan masal seperti itu juga pernah terjadi sekitar 250 tahun yang lalu juga akibat asteroid berdiameter antara 6-12 km (dijuluki Great Dying). Dampak yang ditimbulkan saat itu jauh lebih parah dibandingkan saat musnahnya dinosaurus.
Pada tanggal 23 Maret 1989 asteroid berenergi kinetik lebih dari 1000 bom hydrogen 1 megaton-an (50000 kali lebih kuat dari bom yang dijatuhkan di Hiroshima) melintas dekat sekali dengan Bumi (sekitar 64000 km jauhnya dari Bumi). Para ahli memperkirakan Bumi dan asteroid yang dinamai 1989FC ini (yang berbobot 50 juta ton dan bergerak dengan kecepatan 74000 km/jam) telah melalui titik yang sama hanya berjarak 6 jam.
Ancaman untuk Bumi?
Bagaimanapun kekhawatiran pasti muncul mengingat fakta-fakta di atas dan populasi NEA yang mencapai ribuan. Munculnya kekhawatiran juga tidak terlepas dari hasil perhitungan matematis. Bila ada asteroid jatuh di Samudra Atlantik, seluruh pantai timur Amerika Serikat akan tersapu gelombang laut sampai 200-an km ke arah daratannya. Di Eropa gelombang ini menjangkau Perancis dan Portugal. Owen Toon dan koleganya dari ARC-NASA mendapatkan kalau besarnya asteroid 1 km dan jatuh di laut dengan kedalaman 4 km, efek gelombang pasangnya terasa sampai Samudera Pasifik.
Bagaimana kalau diameter asteroid 200 m dengan kecepatan 50 km/s? Adushkin dan Nemchinov dari Rusia menghasilkan gambaran yang mencemaskan. Sibakan air laut dalam waktu 40 detik bisa setinggi 35 km.
Hal ini lah yang mendorong Ballistic Missile Defence Organization atau Strategic Defence Initiative Organization mengusulkan kerja sama dengan NASA untuk merancang satelit penghancur berpeluru kendali sejak awal tahun 1990-an. Proyek ini dinamakan Clementine-2 dengan sistem LEAP (Light ExoAtmospheric Projectiles).
Dengan makin canggihnya instrumen, sekarang ini banyak ditemukan asteroid yang termasuk ‘berbahaya”. Contohnya adalah Asteroid 1997XF yang diperkirakan akan mendekati Bumi pada tanggal 26 Oktober 2028. Selain itu juga dilacak asteroid yang pada tahun 2019 akan tabrakan dengan Bumi.
Memang ancaman dari langit terasa mengerikan. Namun ditilik dari fenomena astronomis, hal ini wajar saja. Lihat saja sejoli Bumi kita, Bulan yang permukaannya bopeng dibombardir asteroid dan benda-benda kosmik lainnya. Walaupun menimbulkan kekhawatiran, akan lebih mengerikan lagi kalau kehancuran Bumi disebabkan oleh penghuninya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar