Saat melakukan pengamatan dengan teleskop GEMINI, 2 astronom asal Brazil dan Amerika berhasil menemukan asteroid yang mirip dengan “ordinary chondrite” (chondrite umum) untuk pertama kalinya. Maksutnya meteor tersebut merupakan meteor yang umum ditemukan di Bumi, namun masih belum bisa diketahui asal usulnya karena berbagai proses geologi yang terjadi setelah asteroid tersebut terlontar dari tempat asalnya.
Hasil pengamatan T. Mothé-Diniz (Brazil) dan D. Nesvorný (USA) menunjukan spektrum asteroid yang mereka temukan memiliki kemiripan dengan chondrite umum, yang merupakan materi meteor yang mirip dengan komposisi Matahari. Dari seluruh meteor yang jatuh di Bumi, sebagian besar diperkirakan berasal dari sabuk asteroid yang berada di antara Mars dan Jupiter. Tampaknya mereka terlontar setelah terjadi tabrakan dan masuk ke dalam orbit yang baru, dan pada akhirnya jatuh ke Bumi.
Meteorit dalam perjalanan sejarah tata Surya memiliki peran penting, karena ia merupakan alat utama dalam memahami sejarah Tata Surya. Komposisi meteor merekam proses geologi di masa lalu yang terjadi saat mereka masih bersatu dengan induknya (tubuh utamanya). Maksut induk atau tubuh utama disini adalah ada sbeuah asteroid yang kemudian ketika terjadi tabrakan melontarkan sejumlah materi keluar dan materi yang terlontar inilah yang kita kenal sebagai meteorit. Masalahnya, astronom seringkali gagal untuk menemukan induk si meteorit yang umum ditemukan di Bumi sehingga tak bisa diketahui spesimen asal si meteorit pada sabuk asteroid. Chondrites umum merepresentasikan 75% dari seluruh meteorit yang berhasil ditemukan.
Untuk menemukan asal sumber si meteorit, astronom harus membandingkan spektrum spesimen meteorit dengan asteroid yang diamati. Ini sulit, karena setelah terlontar keluar, proses yang berlangsung di dalam meteorit dan di dalam asteroid yang jadi induknya sudah berbeda. Umumnya, permukaan sering mengalami perubahan akibat proses “cuaca angkasa”, yang berasal dari pergerakan mikrometeorit dan angin matahari. Kedua komponen ini secara progresif merubah spektrum permukaan asteroid, sehingga spektrumnya jadi berbeda dari meteorit yang yang terkait dengannya.
Tabrakan merupakan proses utama yang mempengaruhi asteroid. Akibat dari tabrakan yang besar, asteroid bisa pecah dan fragmen pecahannya akan mengikuti orbit si asteroid tadi. Pecahan-pecahan inilah yang dikenal juga sebagai keluarga asteroid. Sampai saat ini kebanyakan keluarga asteroid yang dikenal sudah sangat tua terbentuk sekitar 100 juta tahun lalu. keluarga yang baru lebih sulit dideteksi karena letak asteroid yang sangat berdekatan satu sama lainnya. Pada tahun 2006, 4 asteroid mua baru ditemukan dengan rentang usia antara 50000 – 600000 tahun. Fragmen ini seharusnya maish belum banyak dipengaruhi cuaca angkasa setelah terjadinya perpecahan akibat tabrakan.
Pengamatan yang dilakukan Mothé-Diniz dan Nesvorný pada keluarga asteroid muda tersebut dilakukan menggunakan teleskop Gemini (di Hawaii dan Chile) dan hasilnya kemudian dibandingkan dengan meteorit Fayeteville. hasilnya terdapat kemiripan pada chondritenya. Penemuan ini merupakan yang pertama kalinya dalam hal kecocokan antara hasil pengamatan dan hasil penemuan meteorit yang ada di Bumi. Dengan demikian titik cerah untuk mengetahui asal usul induk dari meteorit yang ditemukan di Bumi semakin membuka peluang untuk memahami lebih jauh lagi sejarah Tata Surya.
Sumber : A&A
0 komentar:
Posting Komentar