Semua orang yang pernah dekat dengannya pasti bertanya-tanya demikian. Adakah sebuah nama terukir indah di dalam hatinya? Atau lebih tepatnya terukir lebih indah di dalam hatinya? Karena bagi saya dia adalah pria yang sangat berpotensi untuk menjadi seorang playboy. Dia penuh perhatian, sangat pengertian dan sabar, senantiasa optimis dalam memandang hidup ini, jiwa kepemimpinannya sudah teruji berulang kali melalui berbagai kegiatan dan organisasi yang digelutinya, dan dia juga pandai. Prestasinya segudang. Perawakannya pun tidaklah mengecewakan. Dia tinggi dan besar, berkulit putih, dan kaca mata minusnya menambah kesan bahwa dia begitu dewasa. Bila kita berada di dekatnya, kita akan merasa bahwa kita sedang dilindungi olehnya, disayang dan diperhatikan olehnya. Pertanyaan itu pun semakin mengusik hati ini, adakah sebuah nama terukir indah di hatinya?
Itulah yang membuat saya tertarik untuk mewawancarai beliau. Bagi saya dengan kemisteriusan hatinya yang seperti terkunci rapat tersebut, dia tampak “nyentrik” dalam pandangan mata saya. Mungkin akan lebih baik bila saya kemukakan definisi nyentrik itu sendiri (menurut pendapat saya) sebelum kita berlanjut ke pembahasan hasil wawancara saya dengan beliau.
Menurut saya, nyentrik adalah unik, lain daripada yang lain, dan tidak pada umumnya (melawan arus) terlepas dari benar atau salah. Tidak selamanya orang yang melawan arus itu melakukan hal-hal yang dianggap negatif atau salah. Semua itu tergantung pada parameternya. Apabila ia melakukan tindakan yang “benar” tapi lingkungan pada umumnya ¾dimana ia berada ¾ sudah menganggap yang “salah” merupakan “kebenaran”, ia akan tetap dianggap “salah” dan “aneh”. Bagi saya semua orang bisa dikatakan nyentrik, bukankah semua orang memiliki keunikan sendiri-sendiri? Namun, saya menjatuhkan pilihan pada cowok yang satu ini karena keunikan dirinya benar-benar unik di mata saya. Dia begitu misterius dan sulit ditebak kedalaman hatinya. Dia juga “aneh”!
Sementara pemuda-pemuda di sekelilingnya (mungkin) sudah berulangkali ganti-ganti pasangan (pacar), cowok yang kuliah di Fakultas Kedokteran UI ini belum sekali pun memiliki pacar dalam hidupnya. Tidakkah ini merupakan keanehan? Padahal sepanjang sepengetahuan saya, tidak sedikit wanita yang berusaha menarik perhatiannya.
Ketika saya konfirmasi ke orang yang bersangkutan, “Kenapa sih belum tertarik untuk memiliki pacar?” Coba tebak apa jawabnya? “Emangnya pacaran itu ada gunanya?” Yee, ini mah bukan jawaban atuh, ini pertanyaan!
“Untuk apa sih pacaran? Toh rencana menikahnya juga masih lama, masih beberapa tahun lagi. Untuk apa pacaran dari sekarang, apa sanggup mempertahankan hubungan itu sampai masing-masing siap untuk menuju pelaminan?” Duuh…cowok ini benar-benar bikin geregetan deh. Ternyata memang tidak ada kata pacaran dalam kamus hidupnya. Ups ralat…tidak ada kata pacaran sebelum menikah dalam kamus hidupnya. Menurut dia, pacaran itu hanya ada di dalam pernikahan. Bingung kan?
Terus waktu ditanya gimana bisa menikah, kalau nggak pacaran dulu, masak sih kita mau menikah sama orang yang belum kita kenal watak dan kepribadiannya. Kalau nggak cocok gimana? Bukannya yang ada cuma penyesalan yang terlambat tuh?
Jawabannya benar-benar “nyentrik”. Menurutnya apabila pacaran dijadikan ajang untuk saling mengenal watak dan kepribadian masing-masing, kenapa nggak pakai cara lain saja yang dijamin lebih akurat dan validitas data-datanya tidak diragukan lagi. “Lho, memangnya kalau pacaran, data-data yang berhasil kita dapat meragukan?” Dengan penuh keyakinan ia menjawab “Tentu saja! Bukankah kita senantiasa berusaha menampilkan yang seharusnya ketimbang yang sebenarnya di hadapan kekasih kita?” Iya…ya, bener juga. Terus gimana dong?
Dia hanya tersenyum, lalu berkata “Banyak caranya, Non! Biar kamu makin penasaran, mendingan kamu cari sendiri deh caranya…yang jelas, wanita yang baik akan mendapatkan laki-laki yang baik, dan wanita yang buruk akan mendapatkan laki-laki yang buruk pula ”
Ketika pertanyaan yang selama ini selalu menggelitik hati saya, saya utarakan, “Adakah sebuah nama terukir indah di hatimu?” Jawabannya begitu mengejutkan.”Saya tidak ingin hati saya terkotori oleh rasa cinta yang sebenarnya hanyalah fatamorgana dan hadir pada saat yang tidak tepat. Walaupun rasa itu pernah hadir, tapi seketika itu pula saya pendam tak kan saya biarkan muncul kembali ke permukaan sebelum waktunya. Bagi saya wanita adalah makhluk yang mulia dan pantas untuk dimuliakan. Dan beginilah cara saya dalam memuliakan dan menghormati kalian. Saya begitu yakin Allah SWT akan memilihkan wanita yang terbaik untuk diri saya. Bukankah hanya Dia yang Maha Mengetahui segalanya? Lalu mengapa tidak kita serahkan saja segala sesuatunya pada Kekuasaan-Nya yang Maha Luas itu?” Jawabannya ini benar-benar membuat saya terpana. Sama sekali tak dapat lagi berkata-kata. Saya hanya mampu diam seribu bahasa. Bengong abis.
Pemuda gagah yang satu ini ternyata mempunyai filosofi kehidupan yang cukup dalam juga. Sebelumnya sama sekali belum pernah terpikirkan oleh saya tentang hal-hal sejauh yang telah dipikirkannya dengan matang itu. Selama ini, dalam menjalani dan meniti lorong-lorong kehidupan, yang saya pikirkan hanyalah diri dan perasaan saya saat ini. Jarang sekali saya berpikir jauh ke depan, apalagi memiliki perencanaan yang matang…seperti dia. Ah, adakah sebuah nama terukir indah di hatinya? Alangkah beruntungnya wanita itu.
Kamis, 12 Agustus 2010
Adakah Sebuah Nama Terukir Indah Di Dalam Hatinya?
Posted by MUHAMAD ANNAS AL-BAB FAUZI on 08.52
0 komentar:
Posting Komentar