TEMPO Interaktif, Berlin - Bagi sebagian orang, Lutetia mungkin hanyalah sebongkah batu raksasa yang melayang di antariksa. Namun, bagi David Southwood dan timnya di Badan Antariksa Eropa (ESA), bisa melihat asteroid itu dari jarak 3.200 kilometer adalah sebuah kebahagiaan besar. Lutetia adalah asteroid terbesar yang pernah dikunjungi oleh sebuah satelit, ketika Rosetta, wahana pelacak komet ESA, terbang melintasinya, Sabtu malam lalu.
Dari pusat kendali operasi antariksa ESA di Darmstadt, Jerman, lembaga ini menyatakan bahwa Rosetta memancarkan gambar pertamanya ketika terbang melintasi asteroid itu dalam jarak dekat, sekitar 3.200 kilometer. Foto-foto pertama Lutetia itu mengungkap 'jati diri' bongkahan batu yang sekilas mirip kentang tersebut.
Permukaan asteroid itu bopeng, penuh dengan kawah akibat tumbukan dengan benda antariksa lain. Itulah gambar terdekat yang pernah diambil dari asteroid raksasa yang terletak 450 juta kilometer di antara Mars dan Jupiter. Asteroid itu ada kemungkinan adalah benda antariksa primitif yang selamat dari proses kelahiran tata surya. "Saya sangat bahagia," kata Southwood, Manajer ESA. "Ini hari istimewa bagi ilmu pengetahuan Eropa dan bagi dunia ilmu pengetahuan."
Pada saat melintasi Lutetia, beragam sensor yang dibawa Rosetta, termasuk pencitraan jarak jauh dan alat pengukur in-situ, diaktifkan. Sejumlah muatan dalam wahana pendarat Philae juga dinyalakan. Keduanya bahu-membahu mencari bukti atmosfer yang amat tipis, efek magnetis, dan mempelajari komposisi permukaan serta densitas asteroid itu. Mereka juga berusaha menangkap setiap butir debu yang mungkin mengambang di dekat asteroid untuk dianalisis.
Tak kurang dari 400 foto dan setumpuk data dipancarkan Rosetta selama "persinggungannya" dengan Lutetia. Dibutuhkan setidaknya beberapa pekan sebelum seluruh data dan gambar yang diambil Rosetta menggunakan instrumen berpresisi tinggi tersebut sampai ke bumi. "Gambar-gambar itu amat menarik dan fantastis," kata Rita Schulz, ilmuwan di badan antariksa tersebut.
Itu berarti tak lama lagi semua misteri Lutetia akan terbongkar. Meski telah ditemukan sekitar 150 tahun lampau, selama itu pula Lutetia tak lebih dari sebuah bintik cahaya bagi umat manusia di bumi, itu pun hasil peneropongan menggunakan teleskop. Sebuah gambar buram yang diambil oleh sebuah teleskop bumi beresolusi tinggi belum lama ini adalah satu-satunya foto terjelas asteroid itu. "Pada saat itu, kita tak banyak tahu tentang Lutetia," kata Schulz.
Lutetia dipercaya berdiameter 134 kilometer dengan bentuk memanjang, tapi para ilmuwan masih berbeda pendapat soal tipe asteroid tersebut: tipe primitif yang mengandung senyawa karbon atau tipe asteroid logam. "Kini kami akan memperoleh semua detail asteroid yang amat penting ini," kata Schulz. "Akan ada banyak informasi ilmiah dari misi itu."
Selain dimensi dan komposisi asteroid itu, para ilmuwan ESA akan dapat mengetahui dengan tepat periode rotasinya. "Periode rotasinya sekitar 8 jam, dan hal itu akan bisa dikonfirmasi setelah Rosetta melintasinya dalam jarak dekat," kata Schulz. "Kami juga akan memperoleh detail asteroid itu. Apa yang paling penting bagi kami adalah komposisi asteroid tersebut."
Para ilmuwan berharap dapat menemukan petunjuk sejarah komet dan asteroid serta tata surya dalam informasi dan foto-foto yang dikumpulkan oleh Rosetta.
Gerhard Schwehm, Manajer Proyek Rosetta, mengatakan, bagi wahana antariksa itu, meneliti Lutetia dan asteroid lain sebenarnya hanyalah "kerja sampingan" dalam perjalanan panjangnya menuju komet 67P/Churyumov-Gerasimenko, tujuan utama misi tersebut. Wahana yang diluncurkan pada 2004 itu diperkirakan bisa mencapai target pada 2014. Sebelumnya, Rosetta juga melintasi batu antariksa lain, yaitu asteroid Steins, pada 2008.
Meski masa penantian itu sangat lama, hampir 10 tahun, para ilmuwan yakin apa yang ditemukan Rosetta layak untuk ditunggu. "Kami akan mempelajari bahan pembentuk planet," kata Schwehm. "Ini hanya mungkin diperoleh dari jarak dekat."
0 komentar:
Posting Komentar